Kuroo


Kuroo Tetsuro x older fem!reader


Tags

⚠️ explicit sexual content, harsh words, adult language, NSFW, bleeding


Rasa penat setelah seharian berkutat dengan setumpuk kertas, layar monitor, serta berbagai tipe orang yang kamu temui baik di tempatmu bekerja maupun di perjalanan, menggelayuti tubuhmu. Bahu hingga tengkuk rasanya seperti ditimpa satu batu besar, terasa berat, kaku, pegal, dan sakit. Bahkan, punggung dan kakimu tidak kalah letihnya.

Biasanya, sepulang bekerja, pada jam-jam seperti malam ini, kamu sudah berbaring di tempat tidur. Benar, berbaring bukan berarti tidur. Tentu saja kamu akan terjaga hingga larut malam untuk memainkan ponsel atau menonton tayangan favoritmu.

Bukannya egois, kamu hanya tidak rela jika harus cepat-cepat tidur tanpa menikmati waktu santaimu seusai bekerja seharian penuh. Ya, walaupun sejatinya itu memang egois, sangatlah egois bagi kesehatan tubuhmu sendiri.

Berkat kekasihmu, Kuroo Tetsuro, seorang pria maniak bola voli yang usianya beberapa tahun lebih muda darimu, membuatmu sibuk berkutat di dapur sederhana milikmu untuk menyiapkan minuman, makanan, camilan, dan memotongkan buah setelah beberapa saat lalu ia mengirimu pesan bahwa ia akan mengunjungimu malam ini.

Bukan tanpa alasan kamu begitu bersemangat hingga menyiapkan bermacam-macam suguhan untuknya. Selain karena ini adalah kunjungan pertamanya setelah hampir satu bulan lamanya kalian tidak berjumpa karena kesibukan masing-masing, hari ini ia telah menghabiskan hampir seluruh tenaganya dalam pertandingan voli. Kamu memang tidak melihatnya langsung, tapi kamu cukup mengenal bahwa ia akan melakukan apapun dengan maksimal, bahkan terkadang ia terkesan memaksakan diri semata-mata agar tidak ada penyesalan di kemudian hari yang akan menghantuinya.

Bahkan, ia juga menerapkan hal itu dalam hubungan kalian. Meski sering kali ia bertindak menyebalkan, ia benar-benar berusaha menampilkan dan memberikan yang terbaik untukmu. Kenyataan bahwa usianya yang lebih muda, kerap membuatnya merasa tidak cukup layak untukmu. Apalagi saat ini dia masih berkuliah, masih sibuk-sibuknya mengenyam pendidikan dan menikmati masa muda bersama teman-temannya. Sedangkan kamu, sudah mati-matian bertahan hidup di tengah gempuran permasalahan kehidupan dewasa yang melelahkan.

Memikirkan pria muda itu, membuat seulas senyum merekah di wajahmu tanpa kamu sadari. Kamu teringat ketika pertama kali berkencan dengannya, saat itu dia masih duduk di bangku SMA, sedangkan kamu tengah dipusingkan oleh tugas-tugas kuliah. Ia mangajakmu ke warung bakso dan mie ayam pinggir jalan, tidak terlalu ramai, dan rasanya sangat enak, terlebih kamu menyantapnya dengan Kuroo. Dia selalu melarangmu untuk membayar dan berkata, “Maaf ya, Kak. Aku cuma bisa ajak kamu kesini, tadi uangnya habis buat bayar jersey. Kalo aku ada uang, nanti kita makan enak lagi, ya.”

Bahkan, hingga kamu bekerja, kamu masih tidak dia bolehkan untuk membayar ketika berkencan, bahkan untuk sekadar membayar makanan milikmu sendiri saja ia larang. Alasannya, “Aku bukan anak kecil, don't spoil me. Lagian kan aku yang ngajak kamu keluar, apalagi aku cowok. Masa aku ngebiarin kamu yang bayar? Gini-gini aku punya uang.”

Jadi, sebisa mungkin kamu menghargainya. Namun, tentu saja sesekali kamu akan memberinya hadiah atau menyiapkannya bermacam-macam makanan jika ia datang menemuimu. Setidaknya, agar ia tahu bahwa usahanya untuk menyenangkanmu itu terbalaskan.

Tidak lama, beberapa ketukan terdengar dari pintu kosanmu dan membuyarkan lamunanmu. Lagi-lagi senyummu mengembang dan jantungmu bertalu-talu memikirkan bahwa sosok Kuroo lah yang berdiri di balik pintu itu dengan senyum menawan dan wangi maskulinnya yang menjadi favoritmu. Segera saja, kamu berlari menuju pintu dan membukanya hingga menampilkan sosoknya yang tinggi tegap berbalut kaos hitam dengan jaket kulit hitam yang ia sampirkan di bahu dan celana panjang berbahan denim yang terdapat sedikit robekan di lututnya. Ia tersenyum dan merentangkan kedua tangannya, berharap kamu menghambur ke pelukannya yang terlihat nyaman dan hangat.

Namun, kamu mengabaikaannya dan membuat Kuroo sedikit cemberut ketika kamu malah memintanya untuk masuk bukannya memeluknya terlebih dulu. Bukannya tidak ingin, hanya saja kamu sedikit khawatir ada tetangga usil yang melihatmu berpelukan dengannya di luar pada malam hari seperti sekarang ini.

“Kamu emangnya gak capek abis voli malah kesini?” tanyamu sembari membawakan semangkuk potongan-potongan buah yang tadi sudah kamu siapkan untuknya.

Kuroo meraih mangkuk di tanganmu dan meletakkannya di meja yang letaknya tidak jauh darinya berdiri, “Capek, lah. Tapi obat capekku kan kamu.”

“Bisa aja nih bocah gombalnya!” serumu seraya mencubiti pipinya.

Ia mengaduh kesakitan, lalu tangannya menangkap pergelangan tanganmu, “Bisa gak, berhenti manggil aku 'bocah'?”

“Kenapa sih? Kan emang masih bocah,” balasmu seraya menghindari tatapannya yang menusuk, membuat jantungmu berdegup tak beraturan.

“I'm not,” ucapnya lalu menarik tanganmu, membuat tubuhmu sedikit terhuyung namun sebelah tangannya dengan cekatan menahan pinggangmu.

Merinding.

Perutmu terasa geli seolah tengah digelitik oleh ribuan kupu-pupu. Wajahmu terasa panas, tanda bahwa rona merah tengah menjalar. Kuroo merapatkan rengkuhannya hingga membuat tubuhmu hanya berjarak satu jengkal saja, dan mungkin dia dapat mendengar degup jantungmu yang mulai terdengar tidak masuk akal dengan jarak sedekat itu.

“Kuroo?” panggilmu takut-takut.

Kamu benar-benar tidak terbiasa dengan situasi ini. Berduaan dengannya saja sudah bisa memuatmu salah tingkah, bahkan bergandengan tangan dengannya juga masih membuat tanganmu gemetar dan jantungmu berdebar-debar. Dan untuk ciuman, dia mencium pipi atau dahimu saja sudah berhasil membuatmu demam dua hari! Lalu, akan seperti apa dampaknya jika ia memagut bibirmu dan lidahnya mengajakmu berdansa? Tidak, tidak, apa yang baru saja kamu bayangkan?

Kuroo menatapmu lekat-lekat. Tubuhnya yang jangkung membuatnya mau tidak mau menunduk, dan semakin menunduk hingga wajahnya hanya terpaut beberapa senti dari wajahmu yang semerah tomat.

Saat ia mengirimimu pesan dan melampirkan foto dirinya dalam balutan jersey merah, kamu berpikir tubuhnya tampak sudah tumbuh besar dan lebih tinggi. Dan sekarang, dalam rengkuhannya, kamu semakin sadar bahwa dia bukan lagi seorang remaja jangkung yang kurus. Kamu menelan salivamu, tubuhnya benar-benar tumbuh besar dengan otot-otot sekal yang membuatnya tampak gagah berisi.

“Kak, do I still look like a kid to you?” tanyanya.

“Ya? Walaupun badan kamu udah lebih gede, you're still younger than me, Kuroo,” jawabmu sedikit bohong. Karena, dia tidak tampak seperti remaja ingusan yang menyebalkan lagi!

“But, I'm not a kid anymore, Kak. I'm a man now! Want me to prove it to you? Hm?” ucap Kuroo seraya menekan punggungmu perlahan-lahan dan bibirnya mengecup lembut bibirmu, membuat jantungmu ingin meledak saat itu juga.

“After this, you won't call me a 'kid' ever again.” imbuhnya sebelum kembali melumat bibirmu.

Lumatan bibirnya benar-benar lembut dan seakan mampu menghipnotismu hingga membuatmu terbuai dan menerima ajakan lidahnya untuk berdasa. Kamu tidak tahu, ini adalah debaran jantungmu sendiri atau debaran jantungnya yang terasa begitu kencang ketika dada bidangnya menekan dadamu. Tubuhmu memanas hingga bulir-bulir keringat merembes dari punggung dan dahimu.

Gawat. Ciuman ini membuat kepalamu seperti mentega yang meleleh. Kamu tidak dapat memikirkan hal lain lagi selain lidahnya yang tengah memadu kasih dengan milikmu, lengan kekarnya yang merengkuh pinggang dan menekan punggungmu dengan posesif, tubuh besarnya yang sekal dengan otot, dan wangi maskulin yang bercampur dengan aroma sabun pada tubuhnya. Bahkan, rasanya kamu seperti hampir melupakan bagaimana caranya untuk bernapas. Tidak, sepertinya kamu benar-benar sudah lupa sekarang.

Kamu meremas kaos hitamnya kuat-kuat, dan sesekali memukuli dada bidangnya dengan tanganmu yang lemah hingga membuatnya melepas ciumannya.

Rupanya tidak hanya dirimu. Ia juga hampir kehabisan oksigen hingga membuat napasnya tersengal-sengal dan berat. Ia masih merengkuh tubuhmu, lalu tersenyum hingga nenampilkan deretan giginya yang rapi ketika melihat wajahmu benar-benar merah dan napasmu menjadi tidak beraturan karena ulahnya.

Kamu tidak berkomentar, hanya memandangnya sembari mengatur napas dan jantungmu yang semakin tidak karuan.

“You're so cute, Kak,” pujinya sembari mengecup pipi merahmu. Dan dengan nakalnya, tangannya menepuk bokongmu pelan hingga membuatmu memekik.

“Kuroo!”

“Ada apa Kakak cantik?“  balasnya yang kini menaruh kedua tangannya yang kokoh itu di atas gundukan kenyal milikmu di bawah sana dan meremas-remasnya.

Belum sempat kamu komplain, ia lebih dulu menyumpal mulutmu dengan ciumannya yang terasa manis, candu, dan mendebarkan. Kali ini ciumannya berlangsung lebih lama hingga membuat tubuhmu mulai berani untuk bertindak semaunya sendiri, seperti mengalungkan kedua lenganmu ke lehernya dan kedua tungkaimu melingkar di pinggangnya ketika Kuroo mulai mengangkat tubuhmu yang lebih pendek darinya hingga kepala kalian hampir sejajar.

Seperti dugaanmu, ia memang memiliki kekuatan dan stamina yang bagus hingga mampu menggendongmu dalam waktu yang lama seperti ini.

“Kuroo, aku berat tau,” ujarmu usai Kuroo melepaskan ciumannya.

“Lebih berat porsi latihanku, Kak,” jawabnya sembari tertawa.

“Kuroo..”

“Mau diturunin sekarang?” tawarnya yang kamu jawab dengan anggukan.

Namun, tentu saja Kuroo tidak lantas menurunkanmu dari gendongannya. Ia malah membawamu menuju ranjang dan menurunkanmu diatasnya. Membuatmu diam seribu bahasa, salah tingkah, dan jantungmu seperti berlari-lari kencang mengelilingi rongga dadamu.

Ia raih sebelah tanganmu dan meletakkannya tepat diatas miliknya yang sudah menojol ingin menerobos resleting jeansnya yang sudah tampak sesak.

“Kaya yang aku bilang tadi, Kak. Yang ini juga udah gede,” ujarnya.

Kuroo bodoh! Jadi ini yang ia maksud ketika ia berkata bahwa miliknya yang lain juga tumbuh besar dalam pesan singkatnya tadi?

Tanganmu sedikit gemetar menyentuhnya. Wajar 'kan, jika kamu gemetar menyentuh kejantanan milik seorang pria? Meskipun itu adalah milik Kuroo, kekasihmu sendiri.

“Kamu elus-elus gitu malah makin sesak, Kak,” komentarnya sembari mengatupkan rahangnya.

“Terus gimana? Mau aku buka?” tawarmu, bodoh sekali jika kamu mengira Kuroo akan menolaknya. Tentu saja ia akan senang hati menerima tawaranmu untuk membebaskan kejantanannya yang sudah menegang dari belenggu celana jeans yang kian membuatnya sesak itu.

Kamu meneguk salivamu dengan berat ketika melakukannya.

Untuk pertama kalinya kamu melihat milik seorang pria secara langsung dalam jarak sedekat ini. Kamu bahkan dapat menghirup aroma hangat yang khas darinya.

“Gimana, Kak? Gede kan?” tanyanya dengan bangga meski telinganya terlihat memerah. Sebuah bukti bahwa sebenarnya ia juga malu mengatakan hal sekonyol itu.

Melihatnya yang demikian, entah mengapa malah menggelitik nalurimu dan membuatmu ingin menggodanya.

Jarimu menyentuh pucuk penisnya yang berwarna lebih gelap, lebih sensitif, dan sedikit licin dengan pre-cum. Membuat tubuh Kuroo merinding hingga membuat rahang dan lehernya menegang menahan rangsangan yang kamu berikan.

“Kamu terakhir coli kapan?” tanyamu sembari mengelus batang keperjakaannya. Bukan apa-apa, kamu hanya penasaran karena miliknya terlihat begitu sensitif terhadap sentuhanmu.

“Dua bulan yang lalu? Mungkin?” jawabnya sembari memejamkan mata ketika lidahmu menyentuh miliknya dan memeberinya sensasi hangat yang menggairahkan dan mendebarkan.

Namun, ketika kamu ingin benar-benar memasukkannya ke dalam mulutmu dan memanjakannya, ia menahan bahumu, “No! Mulut kamu yang manis buat ciuman.”

“Yang ini.. tempatnya di mulut kamu yang becek di bawah sini,” imbuh Kuroo sembari mendorong tubuhmu pelan hingga terbaring di atas ranjang dan tangannya menarik karet celana pendek yang tengah kamu kenakan.

Gila. Gila. Gila!

Isi kepalamu seperti berlarian panik kesana kemari hingga membuat debaran jantungmu menggila ketika Kuroo menindihmu dengan tubuhnya yang otot-ototnya tampak menonjol dari balik kaos polos hitamnya.

Ia menahan tubuhnya dengan kedua lengannya di samping tubuhmu. Iris mata kelabunya membuatmu terperangkap dan tersesat dalam pesonanya. Ia kecup singkat bibirmu sebelum bertanya dengan nada rendah dan sedikit serak, “So, can I prove to you that I'm not a kid anymore?”

“Do whatever you want, Kuroo,” jawabmu yang benar-benar sudah terhipnotis olehnya.

Mendengar jawabanmu, Kuroo segera melepas kaos hitamnya yang membalut tubuh kokoh dan berototnya. Tidak lupa, ia juga melepas celana jeans yang membelenggunya. Dan tidak hanya itu, ia bahkan membantumu untuk melepaskan pakaian, membuatmu berkali-kali lipat merasa malu, namun kamu nemilih pasrah karena sudah memberinya kebebasan untuk berlaku sesukanya.

Ia ciumi leher dan tulang selangkamu hingga meninggalkan bercak-bercak kemerahan di atasnya. Lalu ia kembali melumat bibirmu sembari tangannya menggerayangi dadamu hingga membuat tubuhmu menggeliat di bawahnya.

Setelah ia menyudahi ciuman panjang yang sudah cukup membuat tubuhmu bergetar menahan rangsangan yang mendebarkan, ia memegang kedua pahamu dan melebarkannya hingga menampilkan milikmu yang sudah basah dengan lendir kenikmatan.

“Bener kan, Kak? Mulutmu yang satu ini udah becek banget,” komentarnya, membuatmu malu setengah mati.

Melihatmu yang memalingkan wajahmu yang memerah dan malu-malu, ia mulai gesek-gesekkan batang miliknya dengan kemaluanmu, dan membuat pinggulmu menggeliat dan vaginamu semakin berkedut. Begitu erotis hingga Kuroo tidak lagi mampu menahan diri untuk memasukkan keperjakaannya ke dalam milikmu yang juga masih perawan.

Ketika kepala penisnya berusaha masuk, kamu nyaris menjerit karena rasa sakit yang tiba-tiba terasa menusuk.

“Maaf,” ujarnya tanpa penyesalan karena ia masih berusaha menjejalkan miliknya.

“Ah! Kuroo, pelan-pelan..” ucapmu lirih.

“Tahan, Kak. Kamu sempit banget, susah masuknya,” titahnya sembari mengecup dahimu.

Dahinya berkerut, alisnya hampir bertaut, matanya terpejam, rahangnya mengeras, dan otot lehernya terlihat mengencang, ia begitu fokus ingin memasukkan miliknya kedalam vaginamu yang terus menerus menjepitnya dengan liar, mengabaikan sedikit cairan kental berwarna merah yang merembes keluar.

Keperawananmu berhasil ia terobos masuk dengan penisnya yang tegak dan besar, membuat bagian bawah pada tubuhmu terasa nyeri yang luar biasa hingga membuatmu menangis menahannya.

“Kuroo... sakit...” cicitmu.

“Maaf...” balasnya dan kembali menciummu sembari tangannya mencari-cari titik sensitifmu yang lain agar vaginamu terus mengeluarkan pelumas alaminya dan mengurangi rasa nyerimu.

Setelah beberapa saat berlalu dan kamu tampak sudah berhasil mengalihkan rasa sakitmu, Kuroo mulai menarik pinggulnya dengan perlahan, lalu kembali mendorongnya hingga membuat milikmu familiar dengan batang miliknya.

Kamu memegangi kedua lengan kokohnya yang berada di samping tubuhmu, mencoba mencari-cari kekuatan ketika ia menghujammu.

Kuroo tidak begitu pandai, dan begitu pula kamu yang tidak tahu harus bergerak seperti apa, karena ini adalah kali pertama kalian melakukannya setelah bertahun-tahun memadu kasih dan merasa sudah dewasa untuk mengambil sebuah pilihan beserta risiko yang harus dihadapi bersama setelahnya.

Ketika hasratnya membumbung tinggi dan penisnya menegang, biasanya Kuroo hanya akan menyelesaikannya di dalam kamar mandi menggunakan tangannya sendiri, tanpa bantuan dari film maupun majalah dewasa yang menampilkan perempuan-perempuan berbadan seksi. Namun, sesekali ia berfantasi melakukan aktifitas seperti ini denganmu. Tidak, sepertinya kurang tepat jika dilakukan berulang kali disebut dengan 'sesekali'. Sehingga, wajar sekali jika Kuroo masih belum ahli dalam melakukan ini, apalagi untuk memuaskanmu.

Sedangkan kamu, hanya seorang wanita dengan keseharian membosankan, yang terlampau lelah untuk melakukan aktifitas lain selain tidur dan mencari penghiburan dengan makanan enak, tontonan lucu, atau sekadar berjalan-jalan santai bersama kekasihmu atau sahabatmu, Alisa. Tentu saja meski usiamu lebih dewasa darinya, kamu juga sama sekali tidak memiliki pengalaman. Bahkan memikirkan melakukannya seperti ini saja tidak pernah. Bukannya sok suci, pikiranmu sudah terlanjur dipenuhi dengan urusan pekerjaan yang tidak ada habisnya dan tagihan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang makin membuatmu pusing mengatur pendapatan.

Dan ketika dua orang tanpa pengalaman tengah memadu cinta diatas ranjang, mereka hanya akan menggunakan insting dan nafsu sebagai pembimbingnya.

Seperti saat ini, Kuroo menahan kedua pergelangan tanganmu dengan tangan kirinya, mulutnya sibuk melumat bibirmu, tangan kanannya memainkan dadamu, dan penisnya bergerak ritmis dalam lubang vaginamu, itu semua ia lakukan berdasarkan instingnya sebagai pria dan nafsunya yang makin memuncak ketika mendengarmu memanggil namanya berulang kali di tengah desahanmu yang terdengar candu di telinganya.

“Hhh... Kuroo... Kuroo...”

“Dikit lagi, Kak..” ujarnya.

“Jangan.... hhh... Kuroo... Jangan di dalem-nghhh...”

Kuroo menarik penisnya dan menyemburkan cairan putih kental yang hangat diatas tubuh lemasmu yang mengkilap dengan keringat. Ia terpesona melihatmu yang tak berdaya di bawahnya dengan tubuh penuh peluh dan mani miliknya, dengan wajah merona dan mata sembab menerima sodokan darinya, dan dengan bibir ranum yang sedikit berdarah akibat ia lumati berkali-kali dan gigit lembut beberapa kali. Hingga sekali lagi, membuat penisnya kembali menegang dan hendak menghujam lubang yang telah ia ambil keperawanannya.

Kali ini ia ia tidak lagi menindih tubuhmu, melainkan berbaring di samping kananmu. Lalu, ia angkat paha kananmu dan ia masukkan penisnya dengan posisi menyamping agar tubuhnya tidak terlalu kelelahan.

Beruntung, tetangga kanan dan kirimu sedang tidak berada di dalam kosan. Yang satu tengah menjalani shift malam, dan yang satunya lagi tengah kembali ke rumah orang tuanya untuk berlibur, sehingga tidak akan ada yang mendengar aktifitas sensualmu bersama Kuroo pada malam ini.

Kuroo menyodokmu lebih keras dibanding sebelumnya, dan kamu tidak lagi merasakan sakit seperti beberapa saat yang lalu. Justru, kamu malah menikmatinya hingga tanpa sadar tanganmu menyentuh payudaramu sendiri dan memainkannya ketika Kuroo menyodok lubang vaginamu yang semakin basah dengan lendir.

Pinggulmu bergerak-gerak liar tanpa henti, dan desahan-desahan yang kamu keluarkan membuatnya makin bersemangat hingga membuat pegas-pegas di dalam kasurmu terdengar begitu keras akibat guncangan dari Kuroo yang menggenjotmu makin kencang di atas ranjang berukuran sedang milikmu.

Sungguh gila, tubuhmu benar-benar berlumuran cairan mani miliknya sekarang ini. Dan lagi-lagi bagian bawah tubuhmu turut memancarkan cairan bening kental yang akan membuatmu kesulitan mencucinya apabila terkena spreimu, yang walaupun memang sudah basah bercampur cairan mani milikmu dan Kuroo, dan juga keringat kalian berdua.

Setelahnya, Kuroo memelukmu tubuhmu yang sudah terkulai lemas setelah dua kali ia gempur dan membuat cairan kenikmatan tumpah ruah dari tubuhmu. Kamu dapat merasakan debaran jantungnya ketika dada bidangnya yang hangat menyentuh punggungmu, lalu berbisik tepat di telingamu, “I love you, Kakak cantik.”

Ia berbaring sejenak di sebelahmu untuk memulihkan energinya sebelum akhirnya bangkit untuk mandi. Lalu, ia kembali dengan sebaskom air hangat dan handuk basah untuk membersihkan tubuhmu yang sudah terkulai dan terlelap di atas ranjang akibat kelelahan.

Tangannya terulur untuk merapihkan anak-anak rambut yang menutupi wajahmu yang tampak cantik dan lugu ketika tertidur pulas. Ia tersenyum simpul, lalu menyeka lembut wajahmu yang basah oleh keringat, saliva, dan bekas air mata dengan handuk basah yang ia bawa.

“Maaf ya, Kak. Padahal kamu juga lagi capek habis pulang kerja,” gumamnya sembari menyeka wajah dan lehermu.

Ia bersihkan tubuhmu dengan telaten, lalu mengganti spreimu yang basah dengan selimut. Ia tidak tahu dimana kamu menyimpan sprei bersih, sehingga ia hanya memilih menggunakan kain apa saja yang setidaknya bersih dan cukup nyaman untuk berbaring istirahat malam ini.

Kuroo kembali berbaring di sampingmu setelah ia mengucek sprei kotormu dengan tangannya supaya bekas-bekas cairan kental yang berbau khas itu tidak meninggalkan jejak noda, dan memudahkannya untuk mencucinya keesokan harinya.

Ia rangkul pinggangmu, lalu menarik tubuh telanjangmu agar lebih rapat dengannya, dengan dada bidangnya yang juga tidak terbalut satu kain pun. Dengan lembut, ia belai-belai suraimu hingga kantuk menyerangnya dan jatuh terlelap dengan tangannya yang masih mendekapmu hingga fajar menyingsing dan membangunkan kalian berdua yang tertidur dibalik selimut tipis dengan tubuh tanpa busana.


©️ unatoshiru