🔞cw// nsfw, foreplay, breeding kink, fingering
Setibanya di kosanmu, Sukuna sedikit menggodamu ketika kamu membukakannya pintu.
“Pacar gua makin cantik aja. Abis potong rambut ya?” ujarnya sembari menyelipkan sebagian rambutmu ke belakang telingamu.
“Kok nyadar kalo gue abis potong rambut?”
“Aneh banget pertanyaan lu. Ya wajar lah, gua kan pacar lu. Perubahan sekecil apapun yang ada di lu, gua wajib tau,” jelasnya.
“Hahahaha gemes banget sih pacar gue?!” ujarmu sembari mencubit kedua pipinya dengan gemas.
“Gua gak disuruh masuk dulu nih?” tanyanya.
“Ngapain masuk segala? Kan kita mau pergi piknik, keburu siang.”
“Gua haus, yang..”
Kamu memberikan segelas air dingin pada Sukuna yang tengah duduk di tepi ranjang tempat tidurmu. Ia pun meminumnya sampai habis, lalu meletakkan gelas tersebut pada nakas yang letaknya tepat di sebelah ranjangmu.
Sukuna memandangmu sejenak, lalu tersenyum simpul sebelum memintamu untuk duduk diatas pangkuannya.
“Duduk sini.” Titahnya, sembari menepuk kedua pahanya.
Kamu masih bergeming, “Ngapain?” tanyamu.
Sukuna hanya terkekeh, lalu menarik pelan tanganmu agar kamu mendekat dan mengarahkanmu untuk duduk diatas pangkuannya.
“Kangen,” cicitnya sembari membenamkan wajahnya pada ceruk lehermu, tak lupa kedua lengan kekarnya ia lingkarkan pada tubuhmu erat-erat.
“Una? Kita mau piknik loh..” ujarmu pelan.
Sukuna mengangkat wajahnya untuk menatapmu dengan wajah sedikit memelas layaknya anak kucing yang haus perhatian.
“Pikniknya disini aja ya? Gua masih mau kangen-kangenan..” ucapnya.
Gemas, batinmu. Kedua tanganmu terulur untuk mengelus wajah kekasihmu itu, sesekali merapihkan anak rambut yang terjulur mengenai dahinya. Lalu, kamu mendekatkan wajahmu padanya hingga hidung kalian saling beradu.
“Tobatnya gimana? Ga jadi?” tanyamu dengan suara pelan, saking pelannya hampir terdengar seperti bisikan.
Sukuna tidak menjawab dengan untaian kata, ia langsung menyambar bibirmu yang merona dan tampak menggoda baginya. Ia lumat bibirmu dengan lembut, lalu lidahnya mulai menerobos masuk untuk saling beradu dengan lidahmu.
Tangan kekarnya tidak tinggal diam, ia remas bongkahan kenyal yang menduduki kedua pahanya. Lalu dengan lihainya ia menyingkap rok jeansmu hingga membuat celana dalammu terekspos.
Entah sudah berapa banyak waktu yang berlalu, saliva kalian yang telah bercampur juga sudah membasahi dagumu. Oksigen pun kian menipis, membuatmu mulai kesulitan bernapas.
Melihatmu yang demikian, Sukuna mengakhiri ciuman panas itu dengan kecupan singkat pada bibirmu lalu kecupan itu turun ke leher dan berhenti pada dua gundukan kenyal yang masih terbalut pakaian.
Ia lepas tali kecil yang menjadi pengait outer rajutmu dengan giginya, lalu dengan nakalnya ia turunkan tanktop yang kamu kenakan hingga membuat buah dadamu yang sekal itu mencuat keluar.
Sukuna tersenyum lebar, seolah ia baru saja menemukan harta karun dari pulau tersembunyi. Jari telunjuknya ia gunakan untuk mengelus puting payudaramu yang sudah berereksi hingga lenguhan keluar dari mulutmu.
“Baru ciuman doang tapi kok udah keras gini, yang?” tanyanya, sembari melebarkan kedua pahanya, lalu tangan yang satunya mulai merogoh bagian bawahmu.
“Basah banget, yang. Udah sange berat ya?” ledeknya.
Tidak mau kalah, tangan kirimu mengelus kejantanan milik Sukuna yang sudah meronta ingin segera dibebaskan dari sangkarnya.
“Ini juga, udah gede banget..” ujarmu.
“Iya, dedek Kuna pengen main kesini,” balasnya sambil memasukkan jari tangannya yang tebal itu ke dalam lubang senggamamu hingga membuatmu memekik karena terkejut dengan perlakuannya yang tiba-tiba itu.
Melihatmu yang tampak mulai menikmatinya, Sukuna kembali mencumbu gundukan kembar pada dadamu. Dikecupnya kuncup payudaramu, lalu ia goda dengan menjilatinya, dan sesekali ia sedot kuat-kuat hingga membuatmu menggelinjang dan mendesah berkali-kali.
Sukuna tampak sibuk sekali, mulutnya asik memanjakan payudara kananmu, sedang tangan kirinya ia gunakan untuk meremas dan memainkan payudara kirimu. Tidak hanya itu, tangan kanannya juga sibuk menjamah bagian intimmu yang ada di bawah sana.
Tidak ingin merasa nikmat seorang diri, kamu pun berinisiatif untuk melepas kancing dan menurunkan resleting celana panjang yang Sukuna kenakan, lalu membebaskan alat kejantanannya yang selama ini terkurung.
Sukuna menghentikan kegiatannya, lalu beralih menatap wajahmu yang memerah dan banjir keringat. Kamu balas menatap netranya, dan dengan napas tersengal kamu mulai mengucapkan kata-kata yang membuat Sukuna tersihir karena tidak mampu menolaknya.
“Sukuna... mau ini... dimasukin sekarang..” ucapmu sembari memegang penis milik Sukuna yang sudah berereksi layaknya memegang sebilah pedang.
Tanpa membuang banyak waktu, ia segera mengangkat tubuhmu dan memposisikan agar kejantanannya dapat masuk ke lubang yang tepat.
Kamu mengerang kala penis besar lelaki itu berhasil menerobos masuk vaginamu, dengan posisi duduk seperti itu membuatnya terasa lebih dalam memasuki liang senggamamu.
“Una... gede banget..” racaumu.
“Enak kan?” balasnya sembari menampilkan seeingaiannya.
Ia pegangi pinggulmu dengan kedua tangannya, lalu mengangkat tubuhmu dan menurunkannya secara berulang-ulang dengan tempo yang makin lama makin cepat; hingga membuat dua bongkahan kenyal pada dadamu ikut melompat-lompat.
Entah sudah berapa kali kamu mencapai titik kenikmatan hingga tubuhmu bergetar dan kini mulai melemas hampir kehabisan tenaga karenanya, dan Sukuna sudah dua kali menembakkan cairan kental berwarna keputihan ke kedua payudaramu; hingga mengotori pakaianmu.
Kamu tidak tahu kapan Sukuna akan berhenti, karena saat ini ia malah menelungkupkan tubuhmu di atas ranjang dengan posisi bokong yang terangkat.
Untungnya, saat itu kosanmu dalam kondisi sepi karena semua tetangga penghuni kosan sedang keluar dengan beragam alasan. Sehingga kamu tidak begitu khawatir akan mengganggu penghuni yang lain.