Photographer
🔞 cw // nsfw, rape, scam, drug (?), violence
“Kamu mau keluar sekarang atau pintunya saya dobrak?” ancam Suguru yang berdiri di depan pintu kamar mandi yang kamu jadikan sebagai tempat persembunyianmu.
Kamu bungkam, otakmu tidak mampu berpikir ketika dalam keadaan panik seperti saat ini. Sedangkan yang di luar tampak makin hilang kesabaran, dapat dilihat dari caranya yang berusaha memutar kenop pintu kamar mandi yang telah kamu kunci dengan kasar.
Tidak berselang lama, kamu mendengar suara langkahnya yang berjalan menjauh dari pintu kamar mandi, bersamaan dengan suara bantingan pintu yang cukup keras.
Mungkin ia menyerah memaksamu keluar, lalu pergi dengan amarah yang menyala, pikirmu.
Karenanya, kamu memberanikan diri untuk membuka pintu kamar mandi. Lalu menyembulkan kepalamu dari sisi pintu yang sedikit kamu buka, dan sesekali matamu memindai sekelilingmu, guna memastikan apakah dirimu aman atau tidak.
Kosong dan hening, tampaknya Geto benar-benar sudah pergi.
“Gue keluar sekarang aja kali ya? Mumpung dia udah pergi lagi” batinmu.
Kamu pun keluar dari kamar mandi dengan langkah cepat, dan langsung menuju pintu yang menjadi satu-satunya akses untuk keluar maupun masuk ke dalam.
Namun, ketika tanganmu memegang gagang pintu, sebuah lengan kokoh mendekapmu dari belakang dan menarikmu menjauh dari pintu.
Kamu terkejut bukan main. Pasalnya, kamu sangat yakin bahwa tadi mendengar langkah kakinya yang menjauh disertai suara bantingan pintu.
“Kamu pasti mikir kalo saya keluar kan?” bisiknya tepat pada telingamu yang sukses membuat tubuhmu merinding.
“Lepasin, kak. Aku mau pulang..” ujarmu parau.
“Nggak akan gua lepasin, sebelum gua dapet apa yang gua mau,” balas Geto dengan membuang keformalan yang semula ia gunakan.
“Apa? Apa yang kak Geto mau dari aku?”
Geto tidak menjawab pertanyaanmu, ia hanya tertawa renyah dan mulai memojokkanmu ke dinding, menekanmu hingga tubuh bagian depanmu bersentuhan dengan dinding.
Sungguh, kamu ingin berteriak, namun tenggorokanmu tercekat. Sehingga hanya bulir-bulir air mata yang mampu kamu keluarkan.
Tidak lama, Geto membalik tubuhmu hingga membuatmu berhadapan dengannya, dan melihat senyum licik terbingkai di wajahnya.
Ia mengambil sesuatu dari kantong celananya, lalu memasukkannya ke dalam mulutnya sebelum ia melumat bibirmu dan lidahnya memaksa untuk menjajahi mulutmu.
Kamu berusaha keras merapatkan mulutmu, namun tangan Geto yang tiba-tiba melepas resleting celana jeans yang tengah kamu pakai; membuatmu hilang fokus.
Terlebih ketika tangannya berhasil menyusup masuk dan memainkan klitorismu yang sensitif, membuat mulut yang semula kamu rapatkan mulai terbuka disertai dengan erangan yang tertahan.
Kamu dapat merasakan lidahnya yang hangat menjelajahi area mulutmu, dan kamu juga merasakan adanya sesuatu yang serupa dengan permen berpindah ke mulutmu hingga tertelan. Tampaknya itu adalah sesuatu yang sebelumnya Geto masukkan ke dalam mulutnya, dan sengaja ingin membuatmu menelannya melalui ciuman yang panjang.
Kedua tangannya semakin liar menjamah tubuhmu. Tangannya yang sebelah kiri ia gunakan untuk menstimulasi area genitalmu, dan yang sebelahnya sibuk membuka kancing kemejamu; lalu memainkan payudaramu dan mencubiti putingmu yang sudah berereksi layaknya kejantanan milik Geto.
Sedari tadi, tanganmu berusaha mendorong dan menghentikannya. Namun tidak berdampak apa-apa karena perbedaan kekuatan yang begitu besar.
Sungguh, kamu hanya berharap agar Gojo segera datang untuk menyelamatkanmu saat itu juga.
“Udah seberapa sering dipake Gojo? Hm?”
Mendengar pertanyaannya membuat amarahmu memuncak hingga tanpa sadar tanganmu telah menampar wajahnya keras-keras hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring.
“Jaga omongan lu, kak! Gojo ga pernah nyentuh gue. Dia orang baik, dia bukan bajingan kaya lu!” serumu dengan amarah yang menggebu, membuat wajahmu tampak merah padam.
Sialnya, apa yang kamu lakukan barusan turut menyulut kemarahannya. Dicengkramnya rahangmu keras-keras, membuatmu ketakutan setengah mati.
“Gua bakal bikin mulut lu itu nggak bisa ngomong kaya barusan lagi,” ancamnya sebelum tangannya menurunkan paksa celanamu.
Kamu berteriak sekuat tenaga, berharap ada seseorang yang mendengar dan menolongmu dari orang gila yang ada di hadapanmu.
“Percuma lu teriak, di sini kedap suara,” ujarnya.
Tubuhmu membeku kala melihatnya membuka celananya guna membebaskan kejantanannya yang telah berereksi.
Begitu miliknya hampir ia gesekkan dengan milikmu, Gojo datang dengan mendobrak pintu bersama dua orang security.
Melihatmu yang tampak sangat berantakan; mata sembab, bibir hingga dagu yang tampak basah dengan liurmu dan Geto yang bercampur, kemeja warna maroon yang kamu kenakan tidak lagi terkancing hingga memperlihatkan payudaramu yang mencuat dari bra, serta celana jeansmu yang sudah turun hingga lutut, cukup membuat kemarahan Gojo tidak lagi terbendung.
Rahangnya mengeras, wajahnya menjadi merah padam, bahkan tangannya terkepal kuat sebelum tinjunya ia layangkan pada wajah temannya itu, Suguru Geto, yang saat itu mencoba menggagahimu.
“GUA UDAH BILANG BERKALI-KALI, JANGAN SENTUH DIA! JANGAN SENTUH DIA!” serunya sembari memukuli Geto dengan membabi buta.
Kamu semakin ketakutan melihatnya semarah itu, bahkan Geto pun tidak berkutik ketika ia pukuli. Dan dua orang security tampak kewalahan menahan Gojo yang hilang kendali.
“Cukup, mas. Bisa-bisa dia mati kamu pukulin, lebih baik dia kita bawa ke pihak berwajib aja,” ujar salah satu security yang berusaha menahan Gojo.
Lututmu yang kian melemas membuatmu roboh hingga terduduk di lantai, bahkan pandanganmu juga mulai kabur hingga tidak mampu lagi menyaksikan perkelahian yang ada di depan matamu.
Melihatmu yang demikian, membuat hati Gojo makin terluka. Ia segera menghampirimu, lalu memelukmu dengan perasaan bersalah dan menyesal yang memenuhi dadanya.
“Maaf, gua telat..” cicitnya sembari memelukmu.
Setelahnya, ia mulai membenahi pakaianmu dengan tangan gemetar. Lalu membalut tubuhmu dengan jaket oversized yang semula ia kenakan sebelum menggendongmu keluar dan membawamu pulang.
“Gua bersumpah, gua gak akan ngebiarin dia bebas gitu aja setelah bikin lu sampe kaya gini. Gua janji... gua akan ngelindungin lu..”