You're so beautiful
Kamu menyambut kedatangan kekasihmu, Nanami Kento, seorang pria yang selama beberapa bulan terakhir ini mengisi relung hatimu yang sempat kosong.
Ia adalah seorang pria mapan, rupawan, dan selalu menghujanimu dengan rasa cinta dan kasih sayang. Hingga terkadang membuatmu berpikir, pantaskah kamu untuk menerima itu semua darinya?
Kamu dan Nanami tinggal bersama dalam unit apartemen yang setiap sudutnya dipenuhi oleh kehangatan cinta kalian berdua.
Nanami memelukmu dan menciumi pucuk kepalamu sebelum mendudukkan tubuhnya pada sofa sembari melepas ikatan dasi yang mencengkram lehernya seharian ini.
“Mas? Mau mandi sekarang atau makan dulu?” tanyamu sembari memegang tas kerja yang Nanami bawa.
“Mandi,” jawabnya singkat.
“Dia marah ya? Gara-gara seharian gue ngehindarin dia terus di kantor?” batinmu.
Kamu menggigit bibir bawahmu, lalu pergi menuju kamar mandi untuk mempersiapkan handuk dan pakaian untuk ia pakai.
Hidup bersama seperti ini membuatmu tanpa sadar bersikap layaknya seorang istri yang melayani suaminya.
“Mas?” panggilmu, namun tidak ada jawaban.
Kamu menghampiri Nanami yang tengah duduk di tepi ranjang. Tampaknya ia tengah fokus dengan buku bacaan yang berada di tangannya, hingga tidak mendengar panggilanmu.
Kamu pun memutuskan untuk duduk tepat di sebelahnya. Baru lah saat itu atensinya teralihkan oleh eksistensimu hingga ia menutup buku yang tengah ia baca.
“Manggil mas?” tanyanya.
Kamu mengangguk, “Mas nggak makan?”
“Mas lagi nggak pengen makan. Mas pengennya denger penjelasan kamu,” jawabnya.
“Penjelasan apa?” pertanyaan bodoh keluar dari mulutmu. Tentu saja kamu tahu benar apa yang ia maksud.
“Kenapa seharian ini sikap kamu aneh? Ada masalah di kantor?” tanyanya menyelidik.
“Engga,” bohongmu.
Sorot matanya yang tajam seolah mengulitimu guna mencari kejujuran atas jawaban yang kamu lontarkan.
“Ada apa, sayang?” tanyanya lagi, tampaknya ia tahu bahwa kamu tengah berbohong padanya.
“Mas tau loh kamu bohong. Tadi siang kamu nggak ke cafetaria kan?” tebaknya yang tepat sasaran.
Melihatmu yang membisu, Nanami lantas menarikmu untuk duduk diatas pangkuannya.
“Ada yang jahatin kamu?” tanyanya.
Kamu hanya menunduk di hadapannya, hingga tangan kekar Nanami menangkup wajahmu agar kamu menatapnya.
“Sayang, kamu sekarang punya mas. Jangan pendam semuanya sendirian, ya.” ujarnya dengan suara rendah. Terdapat kekhawatiran dari nada bicaranya.
Mendengarnya bebicara demikian membuat pertahananmu runtuh, kamu memeluknya dengan erat diiringi dengan air mata yang terus mengalir dari kedua matamu.
“Mas, maafin aku. Aku egois,” cicitmu.
“Aku tau aku nggak sempurna, aku nggak pantes buat mas Ken. Tapi aku nggak mau kehilangan mas Ken,” ucapmu.
Nanami merengkuhmu dan membelai suraimu dengan lembut, membiarkanmu bermonolog tanpa menginterupsi.
“Maaf, gara-gara aku.. mas jadi digosipin yang aneh-aneh juga,” kamu terus melontarkan kata maaf padanya.
Sedangkan ia hanya tersenyum, “Siapa yang berani bilang pacar mas yang cantik ini nggak pantes buat mas?” tanyanya.
Tangismu kian pecah, “Mas bohong, aku nggak cantik!”
“Mas nggak bohong!” belanya.
Ia melepas pelukanmu, lalu memaksamu untuk menatap wajahnya yang tampan itu.
“Dengerin mas! Kita berdua bukan orang yang sempurna, masing-masing dari kita punya kekurangan. Tapi, kita berdua bisa saling melengkapi seperti sekarang ini. Jadi, jangan pernah kamu merasa rendah,” ujarnya.
Ia kembali berujar, “Kamu cantik, sayang. Sangat cantik. Bahkan tanpa riasan pun kamu tampak cantik!”
Kamu tersipu malu mendengarnya, “Mas bohong..” cicitmu.
“Pipi kamu yang merona ini cantik,” ujarnya sembari mengecup kedua pipimu.
“Hidung dan kedua matamu yang selalu menatap mas ini cantik,” diciuminya hidung dan kedua matamu yang terpejam.
“Bibirmu cantik, rasanya mau mas cium setiap saat.” ia mengecup bibirmu dan melumatnya.
Tidak berhenti disitu, ciumannya mulai turun ke leher hingga menuju dadamu hingga membuatmu merasa geli.
Perlahan, ia melucuti pakaianmu dan kembali menciumi setiap inci tubuhmu.
“Bagian ini juga cantik,” nilainya.
“Mas– ahhh..” desahmu kala mulutnya yang hangat menciumi kedua bongkahan lembut pada dadamu, dan mengulumnya. Sebelah tangannya yang kekar itu memegangi pinggangmu dan sebelahnya lagi ia gunakan untuk mencubit sembari menarik puting susumu yang mengeras dan sesekali meremasnya.
“Kamu tau, sayang? Desahanmu terdengar merdu” ujarnya, lalu kembali menciumi payudaramu hingga meninggalkan bekas kemerahan di sana.
Merasa belum puas, ia melentangkan tubuhmu diatas ranjang. Lagi-lagi ia menciumi bagian tubuhmu yang lain.
Mulai dari pinggang hingga menuju bagian kewanitaanmu.
“Cukup, mas–hhhh..” kamu menahan kepalanya agar tidak melanjutkan aktifitasnya yang membuatmu malu itu.
“Kenapa?” tanyanya.
“Jangan cium bagian itu, aku malu,” jawabmu malu-malu sembari menutupi wajahmu dengan kedua tanganmu.
Nanami terkekeh, “Mas mau mengapresiasi kecantikan kamu, sayang. Mas pengen kamu tau betapa cantiknya kamu.”
Nanami mendekatkan wajahnya kepadamu, “Dan... mas pengen kamu tau, bagian tubuhmu yang mana yang jadi favorite mas,” bisiknya yang sukses membuat wajahmu menjadi merah padam.
Tanpa aba-aba, Nanami melebarkan kedua pahamu hingga membuatmu memekik karena terkejut.
“Ahhhh~ Mas Ken..” suaramu bergetar, tidak mampu berkata banyak. Hanya desahan yang terus keluar dari mulutmu ketika Nanami mulai menjilati kemaluanmu yang sudah basah karena ulahnya.
Tubuhmu terus menggelinjang. Dapat kamu rasakan lidahnya yang hangat mulai memasuki lubang vaginamu. Terasa geli namun kamu menikmatinya.
“Mas suka bagian ini. Bagian paling jujur dan erotis,” ujarnya sembari menatap area kewanitaanmu yang memerah dan berkedut itu.
Setelahnya, Nanami memasukkan jari jemarinya ke dalam lubang vaginamu yang tampak lapar akan kejantanan Nanami yang sudah mengeras di balik celananya.
“Hhh– berhenti, mas. Ahhh~ a-aku mau penis mas Ken yang gede itu–hhh. Aku nggak mau pake jari..” ujarmu dengan susah payah.
Pikiranmu yang saat itu hanya dipenuhi oleh Nanami dan kenikmatan lebih yang kamu dambakan, tidak lagi memikirkan rasa malu. Kamu hanya ingin merasakan penis besar milik Nanami memenuhi vaginamu, dan memenuhinya dengan cairan spermanya yang hangat.
Tanpa menunggu lama, Nanami menanggalkan semua pakaiannya dan langsung menacapkan simbol kejantanannya itu pada liang vaginamu yang rasanya seperti tengah memijat penis besar Nanami.
“Akhhh! Punya mas–hhh Ken, gede banget” ujarmu.
“Sempit banget, sayang. Mas suka,” sahut Nanami, lalu tangannya mulai meremas payudaramu dan menjilati putingmu yang berereksi layaknya penis milik Nanami saat ini.
Setelah membiarkan penisnya dalam lubang kewanitaanmu selama beberapa saat, ia pun mengeluarkan penisnya dan memasukkannya kembali berulang kali.
Pinggulmu bergerak dengan sendirinya, seolah sangat menikmati tusukan bertubi-tubi yang vaginamu terima dari kejantanan Nanami.
“Wajahmu saat ini terlihat sepuluh kali lipat lebih cantik dari biasanya,” ujar Nanami sebelum mencium bibirmu yang merekah.
Kamu merangkul tubuhnya yang kokoh dengan kedua tanganmu, menikmati ciuman panas hingga oksigen terasa kian menipis.
“I know how hard you try. I know sometimes you cry.. but I'm here for you right now,” bisik Nanami padamu yang tengah tertidur dalam dekapannya yang hangat.
“I love you, my darling..” ujarnya lagi sembari menciumi pucuk kepalamu.
—FIN